“Belajar sejarah, kita mengerti konsep. Belajar teori, kita
punya pilihan.” Ujar salah satu dosenku. Sebuah pernyataan tidak mungkin
seratus persen benar, pun tidak mungkin pula seratus persen salah. Dan pernyataan
dosenku itu ada benarnya juga.
Aku menyukai sejarah, entah sejak kapan. Yang kutahu, aku
suka sejarah baru-baru saja. Bukan hanya sejarah arsitektur, namun tentang hampir
semua hal. Aku juga suka mendengarkan kisah sejarah tentang negeri ini,
Indonesia. Tapi bukan sejarah seperti yang tertuang dalam buku-buku pelajaran. Aku
senang mendengarkan cerita tentang “sisi lain” dari sejarah itu sendiri.
Aku suka mendengarkan kisah-kisah. Tentang apa pun. Tentang manusia.
Tentang antariksa. Tentang ilmu pengetahuan. Tentang agama. Tentang semuanya. Itulah
mengapa kalian mungkin dapati aku sebagai pendengar yang baik. Bahkan cerita
dari seorang teman, ketika ia menceritakan apa yang telah dialaminya. Karena itulah
sejarah dirinya.
Kita selalu dapat memetik pelajaran dari masa lalu. Orang bilang,
“sejarah pasti berulang”. Mengapa? Karena ada yang luput memetik hikmah darinya,
sehingga ia kembali terjadi untuk mengajari manusia.
Belajarlah kisah-kisah para ulama salaf, maka kau akan tahu
akhlak mereka terhadap ilmu. Belajarlah dari para pembesar bangsa ini, maka kau
akan tahu aral dan rintangan akan selalu menemani perjuangan. Belajar dari
Muhammad Al-Fatih, yang penakluk konstantinopel, maka kau akan tahu kemenangan
hanya dapat diraih dengan kesabaran dalam kesungguh-sungguhan.
Belajarlah dari sejarah, karena Bung Karno pernah berkata, “JAS
MERAH –Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar